Rabu, 24 Agustus 2011

Kenangan Yang Tertinggal

Kekasihku,
Detik ini, aku sangat merindukanmu, saat hari-hari berlalu semakin terasa berat dan sangat kosong.

Kekasihku,
Ingatkah kau tarian mentari di kaki langit saat senja tiba? Saat itu kita biasa berjalan menyibak tepian air, memungut kerang yang terhempas ombak. Sekarang aku berjalan sendiri, tersenyum pada kerang kerang itu, berharap dia memahamiku sedikit.

Kekasihku,
Lihatlah waktu, begitu cepat berlari meninggalkanku, seperti dirimu. Kau di mana? Sudah hampir satu dekade aku tak bisa memandangmu. Apakah kau ingat pada wajahku? Mungkin tidak lagi, waktu telah membuatnya berubah, meninggalkan jejak jejak yang buruk. Tapi katamu, aku pasti akan selalu cantik, paling tidak tercantik bagimu. Apakah kau ingat itu? Kalaupun kau lupa tak apa, aku akan tetap selalu merindukanmu.

Kekasihku,
Kemarin aku bertemu dengan guru kita, ibu Dewi. Dia mengingatkanku padamu dan dia juga bertanya mengapa tak juga kita mengirimkan undangan pernikahan kita? Aku harus berkata apa padanya? Tersenyum dengan manis dan berkata, tunggulah, sebentar lagi kami akan mengirimkannya jika memang kami berjodoh. Walau hatiku menangis karena paham, kalau jodoh kita telah selesai, tapi mulutku tak pernah rela untuk mengatakannya.

Kekasihku,
Taukah kau, bertahan itu ternyata sangat susah, aku sendiri dengan begitu banyak masalah menderaku. Tapi aku bisa apa? Aku berusaha menjalaninya dengan baik, hingga saat kulewati satu rintangan, aku tau, ritangan berikutnya sepertinya lebih hebat. Dan seperti katamu, aku akan bisa melewati semuanya, hingga saat kita akhirnya tiba, aku harus bisa kan?

Kekasihku,
Aku mengenang terakhir kali kau datang, tak ada kata, mungkin hanya isyarat. Isyarat yang tak kupahami. Hingga berita kepergianmu membuatku seperti mati berkali-kali. Kau tau, aku menyesal, menyesal tak menemanimu lebih lama, menyesal tak menemuimu di beberapa senja, menyesal membuang begitu banyak waktu tanpamu, menyesal….., aku sangat menyesal.

Kekasihku,
Menyesal memang datang belakangan kan? Kini senja telah memelukmu dalam dekapan hangatnya. Aku takkan bisa lagi mendengar suara tawamu yang selalu kurindukan. Tapi bayanganmu akan selalu kudekap dalam anganku. Selamat tinggal sayang, semoga kau bahagia di alam-mu. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar